Peran Kaum Milenial Dalam Pariwisata Global
![]() |
(Sumber: Pinterest |
Geliat pemerintah untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan domestik & mancanegara semakin nampak. Berbagai event bazar baik untuk lingkup kunjungan lokal , nasional hingga internasional digelar. Eksplorasi & pembangunan infrastruktur pada aneka macam objek wisata pun digarap. Harapan dari upaya ini yaitu menjadikan sektor pariwisata untuk mendulang pendapatan baik bagi negara maupun daerah.
Berdasarkan data Indeks Pariwisata Indonesia (2016) , ada 10 tempat yang meraih peringkat tertinggi (skala 0–5) , yaitu Denpasar , Surabaya , Batam , Sleman , Semarang , Badung , Bandung , Banyuwangi , Bogor & Bantul. Riau pun menyumbang untuk pendapatan tempat dari sektor pariwisata sebesar Rp.4 ,2 miliar (2017).
"Perolehan devisa negara dari sektor pariwisata sejak tahun 2016 sudah mengalahkan pemasukan dari migas dan di bawah pemasukan dari CPO. Diperkirakan pada tahun 2019 , sektor pariwisata menjadi penyumbang utama devisa utama Indonesia ,"demikian Menteri Pariwisata (Menpar) menegaskan pada wawancara yang diberitakan laman finance.detik.com (17/10/2017). Beliau mengacu pada hasil riset Bank Dunia bahwa sektor pariwisata penyumbang paling simpel untuk devisa dan pendapatan domestik bruto (PDB) pada suatu negara.
Presiden sendiri telah menetapkan pariwisata sebagai sektor unggulan kedua (pertama yaitu pertanian & ketiga yaitu perikanan). Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pun merencanakan & merancang aneka macam kebijakan mengenai pariwisata ini dalam rapat koordinasi nasional (rakornas).
Rakornas terbaru yang diselenggarakan pada tanggal 26 September 2018 di Jakarta membahas duduk perkara investasi yang melibatkan unsur ‘Pentahelix’ yaitu akademisi , pelaku perjuangan , pemerintah , komunitas & media. Menpar sendiri menyatakan pariwisata ditetapkan sebagai sektor andalan dalam menghasilkan devisa. Di tahun 2019 ditargetkan menghasilkan devisa US$ 20 miliar dengan kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta orang & domestik 275 juta. Harapannya yaitu untuk bisa menstabilkan defisit pada keuangan negara (www.liputan6.com.; 27/9/2018).
Menggaet Generasi Milenial
![]() |
(Sumber: Pinterest |
Saya tertarik untuk mencermati tentang pemberdayaan sumber daya manusia dari para cowok termasuk mahasiswa & pelajar yang notabene kaum milenial dan dilibatkan dalam ‘Destinasi Digital’. Menurut Menpar (www.travel.kompas.com. ; 26/3/2018) , ‘Destinasi Digital’ merupakan destinasi wisata hasil kreasi kaum milenial kreatif sehingga menciptakan obyek gambar yang instagramable untuk difoto dan diunggah ke media sosialnya.
Terkait unsur ‘Pentahelix’ sebagaimana saya sebutkan sebelumnya , Kemenpar pun melakukan pembinaan mengenai pariwisata kepada para cowok & mahasiswa. Usai rakornas pada bulan Maret kemudian , ditargetkan di bulan Oktober telah terbentuk 100 Destinasi Digital di 34 provinsi (www.travel.kompas.com. ; 26/3/2018). Upaya ini sendiri dengan memberdayakan para cowok pada masing-masing tempat di Indonesia membentuk komunitas Generasi Pesona Indonesia (GenPi) untuk membantu pengembangan pariwisata daerah.
Di Banua kita , Kemenpar telah goes to campus tahun kemudian tepatnya 3 Agustus 2017 , dihadiri 500 mahasiswa serta pelajar SMK & SMA. Kemudian dilanjutkan pada 15 September 2018. Kedua aktivitas ini bertujuan semoga para cowok mengenal pariwisata sedini mungkin dan nantinya bisa menjadi motor penggagas pengembangan pariwisata di Kalsel pada khususnya.
“Mahasiswa sanggup memperlihatkan distribusi untuk pengembangan pariwisata , serta memperlihatkan kenyamanan kepada tamu dan memperlihatkan kemudahan. Peran perguruan tinggi dalam pengembangan pariwisata sangat penting lantaran yaitu pariwisata telah menjadi leader pembangunan nasional. Artinya , semua potensi yang ada harus dimanfaatkan , lantaran yaitu pariwisata selalu memiliki prinsip , semakin dilestarikan semakin menyejahterakan ,” demikian ungkap sekretaris Dinas Pariwisata Kalsel pada aktivitas “Pariwisata Goes To Campus Guna Membentuk SDM Pariwisata Berstandar Global” (www.jejakrekam.com. ; 15/9/2018).
Sumber daya manusia (SDM) yang dianggap produktif tentunya yaitu pemuda. Di satu sisi , lantaran yaitu memang ada para cowok yang menekuni ilmu kejuruan terkait pariwisata termasuk perhotelan , tata boga , teknologi informatika dan bahasa asing. Komponen-komponen yang diperlukan dalam menjalankan & membuatkan pariwisata menurut saya sudah mumpuni. Tinggal mengarahkan ke arah yang seharusnya semoga tidak salah langkah.
Pemuda Menjadi Bagian dari Agenda Global
![]() |
(*Koleksi Pribadi |
Berbagai hal yang dilakukan oleh pemerintah baik pusat & tempat ketika ini terkait pariwisata bahwasanya yaitu buah dari jadwal United Nation World Tourism Organization (UNWTO).
Pada lamannya www2.unwto.org , UNWTO menyatakan bahwa sebagai badan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berdedikasi untuk pariwisata , maka badan ini memperlihatkan bahwa negara-negara berkembang khususnya akan memperoleh manfaat dari pariwisata berkelanjutan dan bertindak untuk membantu mewujudkannya. Hal ini tentunya merupakan bagian dari Sustainable’s Development Goals (SDG’s) dimana pariwisata berkelanjutan diposisikan dengan tegas di Agenda 2030. Kerangka kerja implementasi yang terang , pendanaan dan investasi yang memadai dalam teknologi , infrastruktur dan sumber daya manusia diperlukan untuk mencapai jadwal ini.
Kekhawatiran saya yaitu , mampukah cowok kita yang sejatinya distributor perubahan tidak terjebak dalam lilitan kapitalisme sekuler dengan pilihan aktivitas yakni membuatkan pariwisata. Sebab , imbasnya tidak main-main. Justru akan bisa mengubah pandangan hidup demi menerima kemelimpahan materi tanpa mengingat rambu-rambu agama. Ditambah lagi dengan datangnya para wisatawan mancanegara dari aneka macam suku bangsa & negara dengan kebiasaan mereka yang belum tentu relevan dengan budaya Indonesia & norma agama menyerupai pergaulan bebas & mengonsumsi minuman beralkohol. Invasi budaya hedonisme yang bermuara dari pandangan hidup kapitalisme sekuler sudah pasti mengancam cowok & masyarakat .
Mencermati Pandangan Islam Mengenai Pariwisata
![]() |
(*Koleksi Pribadi |
Saya tertarik dengan gesekan pena K.H Hafidz Abdurrahman yang berjudul “Kebijakan Khilafah di Bidang Pariwisata”. Dalam gesekan pena tersebut , saya simpulkan bahwa pemerintahan Islam (Khilafah) memiliki kebijakan yang berbeda mengenai pariwisata. Perbedaannya yaitu , khilafah tidak menjadikan pariwisata sebagai sumber utama perekonomian negara. Berarti pariwisata tidak diekploitasi untuk kepentingan ekonomi & bisnis. Menurut pandangan dia , bila Khilafah menjadikan pariwisata sebagai sumber utama devisa bagi negara maka apapun akan dilakukan demi kepentingan ekonomi dan bisnis. Kebijakan khilafah menegaskan bahwa pariwisata yaitu sarana untuk dakwah.
Masih membahas gesekan pena dari K.H Hafidz Abdurrahman , dia menjelaskan bahwa pemasukan bagi negara (Khilafah) ada pada sektor pertanian , perdagangan , industri & jasa selain itu ada pada zakat , jizyah , kharaj , fai dan ghanimah yang seluruhnya ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Objek wisata tetap ada akan tetapi tidak menjadi sumber devisa namun menjadi sarana dakwah.
Maka menurut saya pariwisata sendiri tetap dikembangkan namun dengan visi & misi yang berbeda , yakni untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah serta menghilangkan kemungkaran. Aktivitas berwisata pun alhasil justru menambah kedekatan kepada Al Khalik. Relaksasi & refreshing pun tanpa ada maksiat bahkan justru menjadi berkah. Selain itu wawasan keilmuan kita pun bertambah , tidak sebatas menikmati keindahan alam dan eksistensi di media sosial.
Peran Pemuda dalam Pariwisata di Era Milenial
![]() |
(Sumber: Pinterest |
Para cowok sebagai distributor perubahan , sejatinya bisa melepaskan lilitan kapitalisme sekuler dalam kehidupan. Bila telah memilih untuk berkiprah dalam bidang pariwisata maka kinilah saatnya untuk berupaya menjadikannya sebagai sarana dakwah demi meminimalisir invasi budaya asing. Memang tidaklah simpel , namun kapan lagi jikalau tidak dimulai sejak sekarang.
Sebagai pola , jikalau anda yaitu instagram user maka buatlah dokumentasi pariwisata baik vlog dan foto-foto dari objek wisata di tempat kita tanpa menyisipkan sedikit pun unsur liberalisme (pergaulan bebas , masyarakat berpakaian minimalis , pornografi , pornoaksi) maupun tradisi lokal bermuatan mistis yang merusak akidah. Demikian halnya jikalau anda blogger ataupun penulis lepas yang banyak mengangkat tema-tema traveling , tulislah hal-hal yang positif mengenai pariwisata yang bermuatan wisata edukasi & religi. Status generasi milenial yang kini notabene menekuni digital nomad sangat menunjang untuk membuatkan pariwisata sebagai sarana dakwah.
Bila generasi milenial telah menemukan jati diri hakikinya sebagai hamba Allah maka tentunya invasi budaya ajaib yang tidak relevan dengan iman & syariat Islam sanggup diminimalisir melalui kiprah positif mereka. Hal ini tentunya juga haruslah disupport oleh pemerintah. Kita semua tentunya tidak ingin jikalau pariwisata justru menjadi pintu masuk hal-hal negatif dalam kehidupan kita.
Na’udzubillah min dzalik.
Buat lebih berguna, kongsi: